BACA KOMIK DALAM BAHASA INDONESIA TERBARU !

Senin, 19 September 2011

kurangnya minat pertanian anak muda era globalisasi


Pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara memannya budidaya alga, hidroponika) telah dapat mengurangkan ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertfaatkan sumber daya tumbuhanlam volume besar dan (2) proses produksi dan hewan. Usaha pertanian memiliki dua ciri penting: (1) selalu melibatkan barang damemiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalanian dunia masih tetap demikian.
Terkait dengan pertanian, usaha tani adalah sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budi daya (tumbuhan maupun hewan). Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Khusus untuk pembudidaya hewan ternak disebut sebagai peternak. Ilmuwan serta pihak-pihak lain yang terlibat dalam perbaikan metode pertanian dan aplikasinya juga dianggap terlibat dalam pertanian.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari pendapatan dunia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto
Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris yaitu Negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sebagian besar lahan di Indonesia dipenuhi dengan tanaman pertanian. Namun identitas tersebut kini mulai luntur, hal tersebut diakibatkan generasi muda berkualitas zaman sekarang mulai enggan untuk mengelola lahan pertanian yang membuat pada akhirnya lahan pertanian tersebut direlokasi sebagai bangunan perumahan, kawasan industri dan mall-mal megah. Padahal jika generasi muda ingin dan mau meneruskan mengelola pertanian tersebut, mungkin masalah kelaparan dan kemiskinan di negara ini akan terhapuskan bahkan Indonesia bisa menjadi negara eksportir hasil pertanian, namun kini apa yang terjadi banyak masyarakat Indonesia yang menjadi korban kemiskinan, kelaparan, busung lapar, bahkan gizi buruk. Hal ini tentu ironis sekali dimana sebuah negara yang memiliki potensi besar dalam bidang pertanian mengalami kasus kelaparan bahkan gizi buruk. Itu semua tentu jelas diakibatkan karena kurangnya minat para generasi muda yang berkualitas terhadap pengelolaan pertanian.
Generasi muda di Indonesia lebih menyukai hal-hal yang bersifat teknologi, kreasi, seni dan olahraga dibandingkan harus berkotor-kotoran turun kesawah untuk mencangkul atau membajak sawah, karena mereka fikir gengsi dan harga diri lebih tinggi harganya dari pada hanya untuk meningkatkan kualitas pertanian di Indonesia. Mereka mulai terhipnotis oleh budaya-budaya luar yang memberikan segala hal yang membuat mereka lebih dipandang oleh orang lain, tanpa memikirkan dari mana nasi, ayam, ikan, sayur-mayur dan atau daging yang mereka makan sehari-hari. Mereka berfikir bahwa bertani hanya pekerjaan kaum bawah, pekerjaan kotor, tidak berkelas dan tidak terpandang jika dinilai orang. Mereka tidak berfikir bahwa banyak petani di Indonesia yang sukses, memiliki banyak lahan, dan semua hasilnya taninya di ekspor ke luar negri yang membuat mereka lebih kaya dan sukses dibandingkan orang-orang yang berada diperkotaan. Minimnya pengetahuan tentang pertanian yang diberikan oleh sekolah dan universitas turut memberikan efek yang cukup kuat dalam menurukan minat para pemuda untuk memilih terjun ke dalam dunia pertanian, kebanyakan pemuda setelah lulus sma lebih untuk memilih jurusan teknologi, eksakta dan juga seni, namun jarang yang memilih jurusan pertanian, perikanan, kedokteran hewan, kehutanan dan pertenakan, karena mereka hanya berfikir bahwa memilih jurusan teknologi, eksakta dan seni akan memberikan mereka penghidupan yang layak dan gaji yang besar dibandingkan bekerja di bidang pertanian yang tidak mempunyai masa depan yang cerah .
Bacaan ini bertujuan untuk menjelaskan tentang betapa pentingnya sektor pertanian dalam upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan dinegara ini. Melalui peningkatan pendapatan sektor pertanian maka pendapatan pemerintah daerah dan pemerintah pusat juga akan meningkat. Salah satu sumber peningkatan pendapatan pemerintah dari kegiatan pertanian diperoleh dari penerimaan devisa ekspor produk-produk pertanian yang dihasilkan oleh para petani. Agar tujuan tersebut tercapai diperlukan keterpaduan kebijakan dan kegiatan, sejak tahap pra produksi, produksi, sampai pasca panen termasuk penyimpanandan pengangkutan.
Sebagian besar pelaksana, pengelola, dan pemanfaat agribisnis adalah jutaan petani kecil yang memiliki modal, kualitas SDM, dan luas lahan yang sangat terbatas. Dari kegiatan agribisnis terpadu, para petani diharapkan dapat memperoleh nilai tambah atau keuntungan sebanyak mungkin dari setiap tahap kegiatan agribisnis, termasuk kegiatan pasca panen. Untuk itu, petani dituntut selalu meningkatkan dan mempertahankan kuantitas dan kualitas produk yang mereka hasilkan dan dipasarkan agar memiliki daya saing tinggi. Petani juga harus dapat menjamin kontinuitas pasokan produk ke pasar sesuai dengan permintaan konsumen. Tanpa jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produk, petani Indonesia tidak akan mampu menembus pasar global.
Para generasi muda yang berkualitas dapat menjadi pelaksana, pengelola dan pemanfaatan agribisnis sebagai kegiatan yang dapat menjadi sumber penghasilan dan devisit Negara agar mampu bersaing dengan Negara lain menembus pasar global agar mempunyai kepedulian yang lebih terhadap dunia pertanian yang kini mulai merosot. Padahal dari dunia pertanian itulah kita dikenal oleh negara lain dan dari hasil dunia pertanian kita bisa membangun bangsa ini menuju kemakmuran dan kesejahteraan seperti jaman keemasan ketika kita bisa swasembada.
Negara Indonesia yang dikenal sebagai Negara agraris kini telah luntur, hal tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya : lahan Pertanian yang semakin lama terus menyempit dan infrastruktur yang tidak terawat sehigga banyak yang rusak, selain itu Indonesia mempunyai masalah yang sangat serius dalam sumber daya manusia dalam pertanian contohnya di daerah Jawa Barat 40 persen petani rata-rata berusia diatas 50 tahun (Kompas, 4/8/2008). Dari data tersebut kondisi para petani sangat mengkhwatirkan dan perlu adanya para penerus atau regenerasi agar dapat menjaga dan lebih melestarikan dalam menjalani aktifitas pertanian, yang merupakan sumber utama bagi penghidupan rakyat Indonesia. Tetapi pada saat sekarang ini sudah sangat sedikit para pemuda yang memilih bidang pertanian sebagai sumber mata pencaharian mereka.
Dampak-dampak lain dari aktifitas bidang pertanian akan diuraikan menggunakan analisis SWOT (Stregth (Kekuataan), Weaknees (Kelemahan), Opportunity (Peluang), dan Threat (Tantangan).
Untuk bersaing di bidang pertanian sebenarnya modal yang dimiliki oleh bangsa kita sudah cukup bagus, modal tersebut antara lain :
1. Kekayaan alam budaya Indonesia yang melimpah ruah. Dari sejak jaman nenek moyang kita dulu negeri kita dikenal sebagai kolam susu karena sumber daya alamnya yang melimpah ruah.
2. Potensi para pemuda yang berkualitas. Potensi pemuda di negara ini luar bisa, hal ini bisa dilihat dari fakta sejarah, banyak anak bangsa yang meraih juara dibidang pendidikan tingkat internasional
3. Iklim Indonesia yang sangat cocok untuk tanaman pertanian. Keadaan geografis Negara kita yang berakibat pada iklim dinegara kita pun merupakan suatu modal yang sngat besar nilainya
Luasnya lahan-lahan untuk pertanian di Indonesia. Di indonesia banyak sekali lahan yang digunakan sebagai lahan pertanian bahkan sejak dikembangkannya sistem terasering dan irigasi banyak bukit yaang berubah fungsi menjadi lahan pertanian.
Kondisi hasil pertanian dan masyarakat tani itu sendiri berakibat pada lemahnya pembangunan pada sektor ini, kondisi tersebut antara lain:
1. Hasil financial yang di dapat dari pertanian kurang menjajikan menyebabkan banyak pihak tidak melihat sektor pertanian sebagai salah satu potensi karena hasil sektor pertanian yang sulit untuk diprediksi.
2. Budaya luar yang masuk dengan bebas memaksa para petani untuk mencari bidang lain yang dapat membatu mereka untuk memenuhi kebutuhan dan mengikuti perkembangan jaman.
3. Kurangnya bimbingan ahli dan kurangnya pendidikan mengenai pertanian sejak dini berdampak pada hasil pertanian yang kurang maksimal yang menyebakan para petani merugi.
4. Alat – alat yang masih tradisional dan Infrastruktur yang kurang baik membuat petani tidak dapat berproduksi secara maksimal.
5. Sisitem pemerintahan yang lebih meningkatkan sektor iptek di banding sektor pertanian membuat sektor ini menjadi anak tiri yang makin terpuruk.
Peluang untuk kembali kemasa keemasan pada saat kita swasembada sebenarnya cukup besar bila bisa di olah dengan baik, faktor-faktor yang menjadi peluang adalah sebagai berikut:
1. Dukungan kekayaan alam yang luar biasa, Negara kita memiliki tanah yang subur dan dapat ditumbuhi dengan berbagai macam tumbuhan bahkan sampai dijuluki kolam susu karena banyaknya sumber daya alam yang kita miliki.
2. Kreatifitas para penduduk desa dalam pembuatan pupuk alami yang hanya perlu diberikan penyuluhan dan modal agar pupuk buatannya sangat berguna dalam bidang pertanian;
3. Berpeluang sebagai penyerapan tenaga kerja bagi para-para pemuda pengangguran untuk mengolah lahan pertanian yang terlebih dahulu dikelola oleh pemerintah;
4. Indonesia sebagai Negara Agraris. Title ini seharusnya menyadarkan kita akan jati diri kita sebagai bangsa yang besar bangsa yang pernah dikenal karena hasil sektor pertanian.
Tantangan yang dihadapi di sektor ini mempunyai pengaruh cukup besar terhadaap terpuruknya sektor ini, tantangan tersebut antara lain:
1. Kurangnya bantuan modal terhadap para petani kecil merupakan penyebab utama teruruknya sektor pertanian, karena kurangnya modal terkadang petani kita tidak dapat menikmati hasil jerih payah mereka yang mengakibatkan mereka mulai melirik sektor lain.
2. Perdagangan bebas yang masuk ke Indonesia menindas para petani Indonesia dengan sistem distribusi dan permainan harga yang mereka ciptakan membuat sektor pertanian kita lebih terpuruk
3. Lahan pertanian yang menyempit akibat relokasi lahan. Akibat hasil pertanian yang kurang menjanjikan menyebabkan para petani lebih memilih menjual tanah yang merka miliki atau merubahnya enjadi pemukiman atau kawasan usaha
4. Anggapan remeh para pemuda terhadap pertanian dan Kesenjangan sosial yang terlalu lebar menyebakan sektor pertanian kurang diminati.

Pertanian merupakan salah satu basis perekonomian kerakyatan di Indonesia. Pertanian pula yang menjadi penentu ketahanan, bahkan kedaulatan pangan. Namun, sektor pertanian sebagai salah satu faktor yang mengindikasikan tingkat kesejahteraan dan peradaban suatu bangsa dan kekuatan ketahanan dan kedaulatan pangan segera terwujud dan pada akhirnya menjadikan Indonesia menjadi sebuah negara industri pertanian yang maju.” Dalam meningkatkan peran pemuda dalam peningkatan aktifitas sosial dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Peningkatan sumber daya manusia terutama pemuda dalam peran aktif di sektor pertanian melalui program-program pembelajaran kepada para petani secara intens.
1. Peran aktif pemerintah dalam hal kebijakan tentang harga jual hasil tani dan pendistribusian hasil tani sehingga dapat meningkatkan taraf hidup petani.
2. Mempersingkat jalur pendistribusian bibit unggul, pupuk dan teknologi yang mendukung pertanian
3. Sosialisasi kepada para pemuda agar lebih aktif dan selektif dalam memilih jurusan di Universitas
4. Perubahan cara bertani masyarakat desa yang konvensional dan pengenalan teknologi pertanian kepada para petani agar mereka dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil pertanian
5. Pemberian modal bagi petani melalui KUD agar petani terlepas dari sistem ijon yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar